Penampilannya sederhana, dengan suara lembut dan bersahaja dia menjawab semua pertanyaan PNNOnline.com. Tapi siapa sangka, saat membacakan ayat-ayat suci Al Qur’an, suaranya bisa melengking keras hingga mencapai 8 oktav. Untuk suara ukuran setinggi itu, perempuan ini layak dijuluki Ustadzah Bersuara Emas.
Dia itu Dr.Hj. Lilis Suaedah, lulusan terbaik pondok pesantren Darunnajah Ulujami, Jakarta. Suara emasnya itu sendiri sudah terbukti dengan menyabet gelar qoriah terbaik dalam ajang musabaqoh tilawatil Qur’an tingkat internasional di Arab Saudi beberapa tahun lalu. Saat itu, Ustadzah Lilis satu kompetisi dengan qori terkenal Muammar ZA. Hanya bendanya, dia dikategori anak-anak perempuan, sedangkan Muammar di kategori lelaki dewasa.
Bukan hanya suaranya yang emas, dalam setiap tausiyahnya, ia mampu membuat para pendengarnya diam terpaku tak bergerak dari tempat duduknya. Hal itu terlihat dengan mata kepala PNNOnlinecom saat mengikuti kegiatan ceramahnya di Masjid Al Ihtishom Kampung Blokang, Sukatani, Bekasi dan Majelis Ta’lim Parung Panjang, Bogor.
Dengan lugas dan tegas, Ustadzah Lilis mampu mengurai banyak persoalan dunia dalam kacamata agama Islam. Dalam setiap tausiyahnya, Ustadzah Lilis selalu mengedepankan pentinganya pendidikan dan pemahaman agama secara benar dalam rumah tangga. “Kebanyakan jama’ah saya adalah ibu-ibu majelis ta’lim. Jadi pemahaman agama sangat penting dimulai dari rumah,” ujar Ustadzah Lilis yang didampingi suaminya H.Yaqub HAR, SH.MH.
Perempuan yang baru saja meraih gelar Doktor ke 861 dari Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta itu adalah motivator pengembangan beberapa pondok pesantren dan majelis ta’lim diwilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Lewat sentuhan manajemen professional bersama sang suami, sudah banyak pondok pesantren yang tadinya stagnan, kini berkembang pesat.
Salah satu yang ditunjukkan ke PNNOnlinecom adalah Pondok Pesantren Manba’ul Ulum Assalafiah, Ciherang, Wanayasa, Purwakarta. Didampingi suami dan adiknya Ahmad Fauzi, PNNOnline.com diajak berkeliling pondok pesantren yang sehari-harinya diasuh oleh KH. Anhar.
Diarea seluas dua hektar yang dikelilingi rerimbunan pohon nan hijau, banyak santri yang khusuk mengikuti pelajaran yang diberikan pengajar. Bahkan tak ketinggalan, Ustadzah Lilis turun langsung memberikan materi tahfidz Qur’an kepada para santri.
Terhambat Dua Syarat
Uniknya, saat banyak penceramah alias pendakwah ramai-ramai mencari popularitas melalui media televisi, Ustadzah jebolan Pondok Pesantren Darunnajah Ullujami, Jakarta itu malah merelakan tidak mau melanjutkan kontraknya dengan sebuah stasiun televise swasta nasional.
“Ada dua syarat yang tidak mencapai kesepakatan, pertama kami tidak mau kejar tayang karena Ibu (Ustdzah Lilis-red) banyak jadwal ceramah dan mengajar. Kedua yang menjadi juru rias kami tidak mau ditangani waria, karena itu haram,” ujar H.Yaqub menjelaskan.
Sebab dua hal itu, kontrak tausiyah dengan stasiun teve swasta nasional itu dibatalkan. Walaupun baru dua kali tayang, penontonnya yang terjaring sudah banyak.
Ia sendiri tidak pernah menyesal tidak bisa meneruskan kontrak dengan teve nasional itu, karena menurutnya, dakwah tidak harus melalui televisi. “Bertemu dan berinteraksi langsung dengan jama’ah dalam berdakwah, saya rasa itu yang paling penting,” katanya.
Bahkan ia juga tidak menyesal saat salah satu televisi swasta nasional yang belum lama siaran, telah menayangkan tausiyahnya tanpa meminta ijin terlebih dahulu kepadanya. Bagi Ustadzah Lilis, persoalan ijin bukan menjadi barang mewah yang terpenting adalah dia bisa menyampaikan dakwah. “Bagi saya ilmu itu penting disampaikan, biarkan saja TV Kompas tidak meminta ijin, saya gak masalah,” ujarnya.
Kini langkah Ustadzah Lilis mulai diikuti anak bungsunya Dya El Rahman. Dengan ketekunan dan bimbingan secara intensifm si bungsu Dya mulai ikut menjadi pendakwah. Dya yang masih berusia 10 tahun ternyata mampu membawakan tausiyah layaknya orang dewasa. Bahkan, dia mampu membacakan banyak ayat Al Qur’an an Hadist Rasulullah SAW secara fasih. (wijaya)