Tarhib (ترحيب) memiliki arti penyambutan. Bila ditilik lebih jauh, kata ini berasal dari kata dari Rahiba-Yarhabu-Rahaban (رحبا) bermakna Ittasa’a (melebarkan, meluaskan, melapangkan).
Sederhananya, tarhib adalah ungkapan selamat datang atas kedatangan seseorang, atau kehadiran sesuatu yang indah. Sama dengan ungkapan “marhaban”, yaitu “aku sambut engkau dengan penuh kelapangan hati dan pikiran, juga aku sambut engkau dengan seluruh jiwa dan ragaku”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tarhib Ramadhan adalah menyambut bulan Ramadhan dengan senang hati, dengan tangan terbuka, serta dengan penuh kebahagiaan baik jiwa dan raga.
Dan cara yang sebaiknya dilakukan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, sebagai berikut:
Ikhlas dan Gembira
Amalan terpenting dalam menyambut Ramadhan adalah amalan hati, yaitu niat menyambut bulan Ramadhan dengan lapang hati atau ikhlas dan gembira. Hal ini dapat menjauhkan diri dari api neraka. Sebuah hadits yang termaktub dalam Durrotun Nasihin menjelaskan dengan.
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ الله جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَان
Yang artinya: “Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.
Bahkan Allah telah menggaransi kita selamat dari api neraka, ketika kita menyambut Ramadhan. Maka dari itu, wajar jika para ulama salaf terdahulu ketika ketika bulan Rajab dan Sya’ban selalu mengucapkan doa:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: “Ya Allah berkatilah kami dibulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan”.
Sampai kepada Ramadhan adalah kebahagiaan yang luar biasa, karena hanya di bulan ini umat Islam mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira. Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para sahabat menyambut Ramadhan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadhan dengan tangis.
Allah SWT juga menyebutkan tentang kewajiban berpuasa bagi umat Islam dalam Alquran :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (QS. Al Baqarah: 183)
Ibadah puasa merupakan lahan bagi umat Islam untuk melatih dan meningkatkan kesadaran serta ketaatan beragama. Banyak diantara umat Islam yang menjalankan puasa tanpa menghayati makna dan petunjuk yang harus ditaati, sehingga hanya memperoleh rasa haus dan lapar.
Berikut beberapa amalan sunnah yang dapat dilakukan ketika bulan Ramadhan :
- Menyegerakan berbuka puasa jika telah yakin bahwa matahari telah tenggelam.
- Berbuka dengan korma, atau makanan/minuman manis lainnya, atau cukup dengan air putih
- Berdoa sewaktu berbuka puasa
Doa yang dibaca pada saat berbuka puasa salah satunya adalah dari hadis berikut:
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Artinya : “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, karena pemberian-Mu aku berbuka, dahaga telah lenyap, urat-urat telah basah, serta pahala telah tetap jika Engkau mengehendaki.”
4. Makan sahur
Makan sahur dimaksudkan supaya menambah kekuatan ketika puasa dan dilakukan setelah tengah malam.
Dari Anas, Rasulullah SAW telah berkata, “Makan sahurlah kamu. Sesungguhnya makan sahur itu mengandung berkah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari kitab Al-Fiqhul Muyassar terdapat hadis nabi SAW: “Makan sahurlah walaupun dengan seteguk air.” (HR Ibnu Hibban)
5. Mengakhirkan makan sahur
Akhirkan makan sahur hingga kira-kira 15 menit sebelum fajar subuh.
Dari Abu Dzar, Rasulullah SAW berkata, “Senantiasa umatku dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka puasa.” (HR Ahmad)
6. Memberi makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa
“Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa, maka ia akan mendapat ganjaran sebanyak ganjaran orang yang berpuasa itu, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR Tirmidzi)
7. Banyak bersedekah
Dari Anas, “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Kapankah waktu sedekah yang lebih baik? Beliau menjawab, “Sedekah yang paling baik adalah sedekah pada bulan Ramadhan.” (HR Tirmidzi)
8. Banyak membaca Alquran dan mempelajarinya
Dari Ibnu Abbas , “Rasulullah SAW adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemuinya. Adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Quran. Sungguh Rasulullah SAW orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus.” (HR Bukhari)
9. Tidak mengucapkan perkataan yang buruk
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan pengamalannya, maka Allah SWT tidak memerlukan dia untuk meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Bukhari)
10. Salat Tarawih di malam hari
Dari Jabir bin ‘Abdillah, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami di bulan Ramadhan sebanyak 8 raka’at lalu beliau berwitir. Pada malam berikutnya, kami pun berkumpul di masjid sambil berharap beliau akan keluar. Kami terus menantikan beliau di situ hingga datang waktu fajar. Lalu kami menemui beliau dan bertanya, “Ya Rasulallah, sesungguhnya kami menunggumu tadi malam, berharap engkau akan shalat bersama kami.” Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku khawatir jika akhirnya shalat itu menjadi wajib bagi kalian.” (HR Ath-Thabrani, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah)
11. I’tikaf
I’tikaf dianjurkan dalam seluruh waktu, namun yang terutama adalah pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Dalilnya adalah Alquran surat Al Baqarah: 125 dan hadis berikut,
Telah diriwayatkan bahwa nabi SAW beri’tikaf setiap bulan Ramadhan 10 hari. Pada tahun beliau wafat, beliau beri’tikaf 20 hari. (HR Abu Dawud, Bukhari dan Ibnu Majah) [2]
12. Mengeluarkan zakat fitrah di antara fajar subuh dan sebelum orang-orang keluar salat Ied
Zakat fitrah sendiri hukumnya adalah wajib. Namun sunah mengeluarkannya sehari atau dua hari sebelum hari raya (ini lebih aman karena terkadang ada perbedaan hari raya) berdasarkan perkataan Ibnu Umar RA, “Yang paling banyak pahalanya adalah bila zakat fitrah dikeluarkan sehari atau dua hari sebelum hari raya Iedul Fitri.” (Mega Muhardi)