

DUBLIN (Berita SuaraMedia) – Dari luar, bangunan itu tampak seperti sekolah nasional Irlandia lainnya. Kata-kata dalam istilah Irlandia tertempel di dinding kelas, lukisan-lukisan yang dibuat oleh anak-anak menghiasi ruang pertemuan dan beberapa fasilitas sekolah sedang dalam tahap pemasangan.
Namun, di sisi lain sekolah ini bukan sekolah nasional biasa. Semua muridnya, apakah itu keturunan asli Irlandia atau berdarah asing, adalah anak-anak dari orangtua Muslim.
Mereka mempelajari bahasa Arab, Inggris, dan Inggris-Irlandia. Mereka menerima pelajaran agama Islam dan murid-murid yang lebih besar melaksanakan sholat setiap hari di masjid sebelah.
Sejumlah besar murid perempuan di sekolah gabungan ini mengenakan kerudung.
Pada hari Minggu, 24 Juli 2011, seluruh sekolah dan sejumlah orangtua berkumpul untuk menghadiri upacara kelulusan murid kelas enam.
Dalam acara itu mereka menyanyikan lagu-lagu Islami dan lagu kebangsaan rugby Irlandia “Irelands Call”, membaca doa-doa, dan menampilkan sketsa tentang bepergian dengan bus 46A.
Terasa atmosfer keceriaan dan perayaan ketika anak-anak ini menyambut datangnya musim panas.
Sekolah Nasional Muslim di Clonskeagh telah melakukan perbaikan diri dengan cepat untuk mempertahankan reputasinya setelah sekolah Islam lain yang berada di utara Dublin dikritik habis-habisan dalam laporan pemerintah.
Sekolah Muslim Dublin Utara yang terletak di Cabra itu dikritisi oleh Departemen Pendidikan dalam laporan inspeksinya minggu lalu. Sekolah Cabra dikritik atas berbagai isu, termasuk standar pengajaran yang rendah, buruknya prosedur akuntansi, dan kurangnya kebijakan perlindungan anak-anak.
Dalam kontroversi kasus sekolah Cabra, terdapat juga sejumlah kritik yang ditujukan kepada sekolah Clonskeagh.
Salah satu orangtua mantan murid sekolah itu muncul dalam acara Liveline Joe Duffy dan mengeluhkan standar akademis serta praktik-praktik manajemen lainnya dari sekolah Clonskeagh.
Namun, minggu ini kepala sekolah Clonskeagh, Colm McGlade, menerangkan bagaimana murid-muridnya mendapatkan standar pengajaran yang tinggi serta fasilitas yang baik.
Ia bersemangat untuk membuka pintu sekolah dan memperlihatkan bagaimana semuanya telah berjalan dengan semestinya.
Sementara sekolah muslim Cabra mendapat kritik pedas dari evaluasi sekolah menyeluruh oleh Departemen Pendidikan, sekolah Clonskeagh menerima hasil evaluasi yang jauh lebih positif dari penginspeksi.
Evaluasi yang dilakukan tahun 2006 itu melihat beberapa kekuatan dari sekolah ini, antara lain:
“Profesionalisme kepala sekolah, guru, dan staf sekolahnya dalam bekerja dan dalam komitmen untuk melanjutkan pembangunan sekolah.”
“Respon dan antusiasme murid-muridnya.”
“Penyampaian sejumlah kurikulum dengan baik dan penyediaan fasilitas bagi para murid untuk meningkatkan kemampuannya dan kebutuhan berbahasanya.”
Di sisi lain, laporan tahun 2006 menekankan “kesulitan serius dalam memfungsikan manajemen dewan” dan kebutuhan akan tambahan bantuan bahasa.
Colm McGlade mengatakan bahwa permasalahan-permasalahan itu telah mereka atasi semenjak diadakannya inspeksi.
Meskipun semua murid berasal dari keluarga Islam, sekolah ini merupakan salah satu sekolah paling beragam di Irlandia dalam hal kewarganegaraan. Terdapat murid-murid yang berasal dari 20 negara berbeda di sana.
McGlade mengatakan bahwa bahasa adalah isu utama di sekolah itu.
“Kami memiliki murid yang datang pada kami tanpa memahami bahasa Inggris sama sekali. Mereka dapat dilibatkan dengan empat bahasa. Contohnya, murid dari Pakistan mungkin selalu berbicara bahasa Urdu di negaranya.”
“Di sekolah dia akan mempelajari bahasa Inggris, Inggris-Irlandia, dan Arab. Kami mengejarkan bahasa Arab di sini karena itu adalah bahasa Al-Quran.”
“Kini kami memiliki enam guru bahasa di sekolah ini.”
Guru-guru di sana mengajarkan kurikulum skeolah dasar Irlandia, namun dengan beberapa larangan.
Pengajaran musik dibatasi karena instrumen tiup dan senar tidak dibolehkan di sekolah ini karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.
“Mengatakan bahwa kami tidak bermain musik sama sekali adalah hal yang tidak benar,” ujar McGlade. “Paduan suara kami pernah tampil di hadapan presiden.”
Dalam mata pelajaran olahraga, tari-tarian tidak diperbolehkan juga agar tidak melanggar ajaran Islam.
Meski begitu, McGlade bangga terhadap pencapaian sekolahnya di bidang olahraga, merujuk pada kesuksesan mereka dalam sejumlah aktivitas seperti atletik dan olimpiade bola tangan.
Walaupun pelajaran Islam dan Arab diberikan oleh guru-guru paruh waktu, kepala sekolah dan pengajar-pengajar intinya adalah orang-orang non Islam.
“Saya mengajar sekolah Katolik selama 19 tahun sebelum saya datang ke sini. Saya melihat ini sebagi sekolah nasional norma seperti yang lainnya.
Sementara terdapat sejumlah kritik mengenai pemberian ajaran-ajaran Islam dalam sekolah nasional Irlandia, terdapat juga kritik dari komunitas Muslim sendiri yang merasa bahwa sekolah tersebut terlalu lunak.
“Banyak larangan dalam agama Islam,” ujar Mohamed Jimani, ketua gubernur dewan sekolah. “Hal itu dapat menyebabkan ketegangan tertentu karena ada orang-orang dari budaya lain yang mungkin menginginkan penekanan yang berbeda.”
Dengan hanya dua sekolah Muslim di Irlandia, dan salah satunya dalam masalah, kini terdapat banyak permintaan pendaftaran murid baru yang menginginkan satu tempat di sana. Setiap tahun 160 anak-anak bersaing untuk memperebutkan 35 kursi.
“Saya rasa tingginya jumlah calon murid dalam daftar tunggu menunjukkan kualitas pendidikan yang kami sediakan,” ujar McGlade.
“Jika kami tidak memberikan pendidikan sesuai standar, para orangtua tidak akan mengirimkan anaknya ke sini.” (ri/ii) www.suaramedia.com seriale tv