Akhir-kahir ini , banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan sebuah title dalam hal belajar maupun dalam hal karir, baik itu titel dari tingkat menengah maupun tingkat setrata profesor atau sebutan nama lainnya. Salahnya sesudah mencapai titel-titel itu, betul-betul bersikap ningrat, minta dihargai dan tidak mau bekerja keras. Jadi ini masih merupakan penyakit lama gaya baru. Sedikit sekali meraka yang mau turun atau kembali kepada masyarakat. Ketika di berangkatkan ke sekolah/pesantren itu , cita-citanya jelas untuk meninggikan masyarakatnya sendiri. Akan tetapi yang sudah belajar selesai (atau tidak selesai) sudah mau pulang kemasyarakatnya, baik pun masyarakat perekonomian seperti pedagang, pertanian perindustrian atau masyarakat pendidikan untuk masdarasah, seperti pesantren dan pendidikan si masyarakatnya. Di sinilah letak salahnya pendidikan, oleh pihak musuh memang diusahakan terpisah dari masyarakatnya. Kalau kita mau
Membaca hasil penelitian dari para ahli, maka akan jelas bahwa yang sedemikian itu memang dibuat oleh golongan yang mempunyai program menghancurkan ummat islam khususnya.
Jadi termasuk dalam strategi mereka . memerangi pendidikan sendiri.
Orang kaya raya tidak ada gunanya, dan tidak ada rasa hormat yang sebenarnya dari ummatnya sebelum merak memperlihatkan jasa dan perjuangannya. Maka sekarang dapat pula dikatakan sebagai berikut: tidak ada guna belajar setinggi langit dengan segala titel dikantong apabila tidak berjasa bagi ummatnya.
Orang yang seperti diats kerap kali untuk dirinya sendiri tidak bisa berjasa, apalagi kepada familinya, keluarganya, bangsanya dan agamanya. Dengan demikian individunya yang kuat akan sangat mudah menjual diri kepada musuh (oknum yang akan merusak pendidikan yang ada di indonesia ini)
Imam Zarkazi