Rasulullah saw bersabda, ”Setiap kebenaran itu ada hakikatnya dan tidaklah seorang hamba dapat mencapai NIAT yang benar atau hakikat keikhlasan sampai ia merasa tidak suka dipuji atas amal (ibadah) yang ditujukannya kepada Allah.”
Imam Ali as berkata, ”Barangsiapa yang tidak bertentangan apa yang ada dalam hatinya dengan apa yang ia nyatakan, dan tidak bertentangan pula perbuatan dan perkataannya, maka sungguh ia telah menunaikan amanah dan telah memurnikan (akhlas) penghambaannya.”
Rumi mengatakan, “Engkau mesti ikhlas dalam beramal,agar Tuhan Yang Maha Agung menerimanya. ikhlash adalah sayap amal ibadah. Tanpa sayap, bagaimana engkau dapat terbang ke tempat bahagia?
Sahabat, setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang bahagia, menikmati hidup ini tanpa merasa terbebani oleh berbagai masalah dan hal ini hanya akan dirasakan orang yang sungguh-sungguh berupaya ikhlas, menjaga setiap amalnya, baik amal ibadah maupun amal shalih dalam kehidupan bermasyarakatnya, hanya bagi Allah.
Tidak terbersit keinginan untuk dipuji, dihargai, dihormati makhluk. Ringan saja ketika melakukan sesuatu, yang penting baginya adalah ridha dan berkah Allah. Ia tahu bahwa tugasnya di dunia ini hanya dua, pertama luruskan niat selalu, hanya demi meraih cinta Allah, lalu selanjutnya ia harus menyempurnakan ikhtiar agar hasil yang diharapkan betul-betul optimal, terbaik yang dapat dipersembahkannya.
Sehingga ia tidak peduli dengan penghargaan orang lain, ia tetap bersemangat beramal shalih, baginya yang terpenting, apa yang dilakukannya mendapat ridha Allah. Rezeki baginya adalah ketika ia mampu berbuat meluruskan niat dan beramal dengan amal terbaik.