Indonesia, Pusat Kajian Islam Dunia

22

Lombok (Pendis) – Indonesia sebagai negara yang memiliki populasi penduduk muslim terbanyak di dunia seharusnya mampu mengembangkan identitas ke-Islaman yang berkarakteristik khas Indonesia. Sebagai negara muslim besar, tentu Indonesia memiliki visi untuk mampu menjadi rujukan dunia dalam pengembangan keilmuan dan pengetahuan Islam yang kuat dan mampu berkontribusi bagi peradaban dunia.

Dengan perkembangan Islam yang sangat pesat dewasa ini, Indonesia menaruh perhatian besar untuk mampu memberikan sumbangsih bagi peradaban dunia Islam, salah satunya dengan cara mengembangkan keilmuan ke-Islaman yang moderat dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi umat manusia saat ini.

Bekal ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti menjadi pendongkrak utama bagi bangsa-bangsa besar dunia untuk tampil dan berkembang menjadi negara maju yang mampu mensejahterakan masyarakatnya. Sehingga, Indonesia berniat mengembangkan keilmuan dan teknologi yang selaras dengan Islam dengan tujuan mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia.

Dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Forum Perencanaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Tahun 2016 di Lombok (06/09/16), Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Kamaruddin Amin menyampaikan bahwa tantangan pendidikan Islam saat ini semakin berat khususnya di era globalisasi dimana segala sesuatu bersifat terbuka dan mengalir sangat cepat, termasuk dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Kamaruddin, ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat berkembang, umat Islam harus sadar dan mampu menjawab tantangan tersebut. Peran umat muslim Indonesia yang jumlahnya sangat besar sudah seharusnya maksimal, apalagi perguruan tinggi keagamaan Islam sebagai institusi yang mendidik anak-anak bangsa, “kita harus punya visi tentang Islam Indonesia dan pengembangan keilmuan Islam yang bermanfaat bagi masyarakat dunia.”

Jumlah anggaran yang cukup besar diamanahkan kepada seluruh lembaga perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN), sekitar total tujuh triliun; untuk mahasiswa, dosen, sarana prasarana, dan sebagainya, sebenarnya masih sangat terbatas. Namun diharapkan hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk memaksimalkan perencanaan dan penganggaran. “Seringkali perencanaan melaksanakan penganggaran PTKIN tidak maksimal, anggaran tidak terserap maksimal di akhir tahun, maka forum perencanaan PTKIN ini menjadi penting perannya demi meningkatkan kinerja PTKIN ke depannya,” ujar Kamaruddin.

“Afirmasi dukungan politik negara sangat besar terhadap pengembangan PTKIN, karena ada keinginan dan visi besar dari pemerintahan Jokowi-JK, selaras dengan visi Kemenag dan Ditjen Pendis, yakni ingin menjadikan Indonesia sebagai tujuan studi Islam internasional. Kita saat ini sangat gencar sekali mempromosikan di berbagai negara bahwa Indonesia layak menjadi pusat kajian Islam dunia. India, Bangladesh dan China memiliki jumlah umat Islam yang besar. Saat ini Islam di Eropa juga menjadi agama dengan jumlah penganut nomor dua, selain itu sebanyak 155 negara memiliki penduduk dengan populasi muslim,” terang Guru Besar UIN Alauddin Makassar ini.