
Jakarta – Universitas Darunnajah resmi berdiri pada 10 Juni 2022 dan dirilis pada 7 November 2022. Universitas yang mengedepankan ciri khas kampus berbasis pesantren ini merupakan cita-cita tiga pendiri Pondok Pesantren Darunnajah yakni KH Abdul Manaf Mukhayyar, KH Komaruzzaman, dan KH Mahrus Amin.
Kampus yang memiliki 10 program studi itu didirikan dengan menggabungkan tiga sekolah tinggi yang berada di Jakarta dan Jawa Barat. Tiga sekolah tinggi itu adalah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darunnajah Jakarta, STAI Darunnajah Bogor, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Darunnajah Jakarta atau dikenal dengan Darunnajah Business School (DBS).
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Hidayat Nur Wahid, menilai penetapan tanggal grand launching Universitas Darunnajah memiliki DNA sejarah bangsa Indonesia. Pada 7 November 1945 lalu, umat Islam lintas ormas dan partai Islam berkumpul di Yogyakarta.
Kongres Umat Islam itu menghadirkan dua keputusan penting. Pertama, mendukung Fatwa Jihad KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Fatwa itu mewajibkan seluruh umat Islam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari kemungkinan dijajah kembali oleh belanda. Keputusan kedua, pendirian partai Islam yakni Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
“Umat Islam di Yogyakarta berkumpul pada 7-8 November 1945, dari Surabaya bertemulah umat Islam di Yogyakarta. Bukan hanya NU saja, Muhammadiyah, PUI, Persis, dan seluruh umat Islam dan partai Islam. Semua berkumpul di Yogyakarta dan mendukung fatwa Jihad mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” kata HNW dalam grand launching Universitas Darunnajah, Senin (7/11/2022).
Bahkan, kata HNW, kala itu Koran Kedaulatan Rakyat menurunkan berita utama bertajuk 25 juta umat Islam Indonesia siap berjihad mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Padahal, waktu itu penduduk Indonesia masih berjumlah 47 juta jiwa.
“77 tahun berikutnya, 7 November 2022 di-launching Universitas Darunnajah. Tentu kita orang pesantren membaca pernyataan Ibnu Khaldun yang mengatakan, ‘sejarah adalah pengulangan’. Apa yang dilakukan sekarang, adalah bisa menjadi pengulangan yang dulu dan yang akan datang,” ujar HNW.
Di sisi lain, lokasi Pesantren Darunnajah juga sarat sejarah. HNW berteori tentang nama lokasi pesantren yakni Ulujami atau Ulu Cami’i yang dalam bahasa Turki berarti Masjid Besar.
HNW menceritakan kunjungan kerja MPR RI ke Turki. Mereka datang satu kota bernama Bursa, Ibu Kota pertama Khilafah Utsmaniyah. Di sana, ada Ulu Cami’i yang menjadi tempat para sultan mengelola urusan kenegaraan.
“Di Turki, begitu banyak masjid-masjid yang begitu besar, tapi yang dinamakan Ulu Cami’i hanya yang ada di Bursa, Ibu Kota pertama Khilafah Utsmaniyah,” ujar Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor itu.
HNW mengaku memiliki landasan kuat terhadap teorinya itu. Dia memperkirakan, pada waktu itu Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Islam di Banten meminta tolong kepada Kerajaan Turki Utsmani untuk dikirimkan tentara ke Banten.
Sultan Hasanuddin meminta tolong bantuan tentara untuk mempertahankan kedaulatan Kerajaan Islam di Banten. Kerajaan ini membutuhkan sokongan militer untuk mempertahankan eksistensi mereka melawan penjajah.
“Kemudian, khilafah Utsmani mengirimkan para tentara, dan mereka sampai kemarin dan tinggal di Kawasan ini. karenanya untuk mengenang tempat dan tanah air mereka, tempat ini disebut Ulujami. Teori ini saya pertanggungjawabkan. Tempat ini adalah tempat yang sangat bersejarah,” ujar HNW.
———————————————————-
Official Account University of Darunnajah:
Penerimaan: www.darunnajah.ac.id/pmb
Instagram: @univ.darunnajah
YouTube : Universitas Darunnajah
Facebook: Universitas Darunnajah Jakarta
Tiktok: univ_darunnajah
Whatsapp: 081222001443, 081240001302
Website: www.darunnajah.ac.id