“Berani Merdeka Dalam Berkarya”

0
142
logo

BERANI MERDEKA DALAM BERKARYA

Oleh : Irfandi Rizky Tomagola

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

Imajinasi kadangkala membatasi kita untuk melakukan aksi, sebab keinginan tertahan untuk melakukan tindakan. Memang benar, untuk melakukan sebuah hal agar menemukan perubahan kita harus melewati jalan panjang perjuangan. Mulai dari terbebani oleh cita – cita sendiri sebab keadaan tidak memberikan mereka ruang untuk mengembangkan karya, alasan berlanjut saat Mood atau suasana hati berkuasa atas rencana, ia mendikte kita untuk melihat ketakutan pada tantangan yang sebanarnya belum kita lakukan. Ia berbisik mengenai kegagalan di sepanjang harapan yang tengah kita perjuangkan. Padahal Mood adalah bahasa gaul untuk menutupi kata malas dalam kehidupan kita saat mengejar impian.

Belum lagi saat kita tidak memiliki prinsip dan selalu ikut pada kemauan orang. Mereka adalah pelaku yang tidak akan mau bertanggung jawab saat korban mengikuti perintah dan kemudian gagal. Memang benar tidak semua pendapat dan omongan orang itu salah, malah ada yang penting dan bermanfaat.  Tapi kemudian muncul pertanyaan, penting dan bermanfaat itu untuk kita apa untuk dia sendiri ?.

2. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana agar kita berani dalam berkarya ?.
  2. Apa yang dimaksud dengan terbebani oleh cita – cita sendiri ?.
  3. Mengapa sering kali ada yang kalah dengan Mood ?.
  4. Kenapa kita harus percaya kepada mimpi, percaya diri, dan percaya proses ?.

3. Tujuan

Untuk mengetahui kendala dan peluang Mahasiswa/i dalam berkarya.

BAB II PEMBAHASAN

  1. Mengapa Mahasiswa Tidak Berani Berkarya?

A. Terbebani oleh Cita-Cita Sendiri

Tepat di akhir Bulan Desember tahun 2021 saat Buku Cerpen Malaikat Kelabu sedang berada di tahap penyusunan, beberapa Mahasiswa/i mengajukan tawaran untuk dibina ketika menulis. Mereka datang membawa kepercayaan diri yang sudah bisa ditebak hanya membara sesaat. Alasan mereka beragam saat ditanya kenapa ingin punya karya, mulai dari cita – cita sejak kecil, ingin bisa dikenal orang, supaya bermanfaat bagi orang lain melalui tulisan – tulisan dan ada juga yang karena hobi. Setelah yakin, mentor pun memberikan target dan tugas jangka pendek di seminggu pertama, tanpa memberatkan usaha untuk mengerjakan karya.

Setelah kesepakatan telah memasuki waktu perjanjian, belum ada yang siap untuk memberikan naskah. Estimasi tambahan hari diberikan hingga melampaui waktu tiga minggu, para Mahasiswa/i yang serasa baru kemarin mengkampanyekan cita – cita mereka malah punya banyak alasan saat ditagih mentor untuk memenuhi target. Mereka seakan membenarkan sebuah Artikel yang ditulis oleh [1]Celvin Laviano, “Jangan Takut Untuk Berkarya” dalam situs Metamorfosa yang terbit pada tanggal 20 April 2021. Alumni dari Fakultas Ilmu Komputer Unika Soegijapranata ini, menjelaskan bahwa sebagian besar Mahasiswa mengalami penyesalan ketika lulus karena tidak menghasilkan karya apapun semasa kuliah, selain Tugas Makalah, Jurnal, dan Skripsi yang tidak termasuk karya karena telah diklasifikasi menjadi tanggung jawab mendapatkan nilai.

Sekawanan Mahasiswa yang mulai kesal sebab keadaan membuat mereka tak punya ruang untuk menciptakan karya dalam bentuk tulisan, adalah sekumpulan orang yang sedang mencari alasan karena terbebani oleh mimpi dan cita – citanya sendiri. Padahal menjadi Mahasiswa adalah jabatan yang menjadi impian generasi muda Indonesia, bayang – bayang gagal, tidak diterima, karya belum bagus, adalah serentetan kejadian yang belum terjadi tapi sudah mengalahkan keinginan. Seharusnya tidak ada rasa mengeluh dalam gagasan cita – cita yang berasal dari hati. Pasalnya, ia lahir bukan karena mau kita, tetapi terbentuk dari banyak pengalaman, cara belajar dan pergaulan.

Teman – teman yang sudah tidak mau melanjutkan karyanya sudah hilang bersamaan dengan semangat membara mereka yang sesaat, seperti tidak membenarkan pendapat dari [2]Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum, seorang Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dari Universitas Sebelas Maret. Dalam Artikel yang diterbitkan pada situs resmi Universitas Sebelas Maret, tanggal 4 Februari 2016. Beliau mengumpamakan kampus sebagai Kawah Condrodimuko,  atau sebagai wadah orang mengekspresikan dirinya, mulai dari membaca hingga mampu mengolah kata, menulis sampai bisa berpikir kritis, dapat menghasilkan karya bukan hanya sebagai wacana.

B. Dikalahkan oleh Mood

Diantara banyak alasan untuk membenarkan kemalasan salah satunya adalah perihal Mood. Inspirasi buntu pada kalimat yang sering ditulis berulang, banyak yang dipikirkan tapi sedikit yang berhasil lolos sebagai tindakan. Ini adalah sebagian dari kesimpulan suasana hati yang senang untuk berubah – ubah. Mentor yang ditunjuk sebagai pembina tidak heran lagi dengan alasan – alasan itu, mengingat jauh ke belakang sudah ada seorang Mahasiswi asal Madura yang harus mengubur dalam – dalam mimpinya karena merasa sering kalah oleh Mood atau suasana hati.

Marfin Hegel, seorang petarung di ranah tinju pernah berkata bahwa, “Menganggap hidup selalu enak adalah jurang besar menuju kemalasan untuk menerima tantangan”. Dengan zaman yang semakin berubah, Mood atau suasana hati menjadi cerdas untuk mendikte kita. Memaksa kita menulis susah daripada usaha, mengajak kita menyusun baik angan – angan, bukan menyusun benar tujuan. Membawa kita untuk bercermin pada takdir orang lain, lalu melupakan kemampuan kita sendiri.

[3]Menurut dr. Rizal Fadli pada artikel yang diterbitkan di 10 September 2021, berjudul “4 Fakta tentang Mood yang perlu diketahui”. Beliau menjelaskan bahwa mood atau suasana hati adalah keadaan emosional sementara yang memiliki dampak lama kalau tidak cepat melakukan antisipasi. Dilanjutkan oleh  dr. Rizal Fadli, bahwa mood yang kurang baik biasanya berasal dari lingkungan terutama pendapat dan omongan orang lain. Dan ketidakbijaksana kita untuk menerima itu membuat suasana hati akan lebih parah. Seakan tak punya tujuan dan keinginan, kita pun terbawa ikut tanpa alasan yang jelas.

[4]Dimas Abi dalam Blog yang diterbitkan pada 22 Oktober 2021 berjudul “Mood dalam berkarya”, menjelaskan bahwa suasana hati untuk kaum muda adalah gejala yang membuat mandeg, sampai hiatus. Menurut Dimas, mood sebenarnya tidak lebih dari sebuah cara paling baik untuk menutupi kata malas.

C. Hidup di atas Kemauan Orang

Masalah berikutnya yang ditemukan saat Mahasiswa/i takut berkarya adalah karena hidup diatas keinginan orang, hidup diatas penilaian orang. Ada yang harus berhenti menulis puisi padahal anak perempuan Maluku menang lomba baca puisi di Taman Ismail Marzuki. Ada yang tidak lagi mengejar mimpi sebab orang tua mengambil alih keputusan, ada yang harus jadi budak trend dan tunduk pada pergaulan. Basa – basi yang terdengar biasa malah dianggap istimewa oleh akal yang tidak pernah mau untuk bijaksana.

Ada yang bilang karena sibuk mengajar maka sulit untuk membagi waktu, padahal target bisa jadi solusi. Dalam Cerpen yang dibawa dalam Festival Menulis di Yogyakarta tahun 2020, bisa kita lihat sebuah nasehat yang dibuat dalam bentuk kisah fiksi berjudul “Perihal rasa pada kopi”, dimana pemeran utama harus menjadi korban atas kemauan pelaku, dan lebih kasihan lagi nasehat itu datang bukan dari orang yang ahli di bidang itu. Padahal mengutip [5]Pandji Pragiwaksono seorang komika, ia pernah berpesan bahwa “Jangan dengerin nasehat orang – orang yang tidak pernah mengalami atau melakukan sesuatu yang berbobot, mereka mengatakan itu karena hasrat bukan bakat”.

Untuk melengkapi penjelasan diatas, ada artikel menarik yang di terbitkan oleh Fajar Pendidikan pada 9 November 2021, beberapa kutipan yang ada dalam isi pembahasannya antara lain,

“Terlalu memikirkan omongan orang lain, adalah metode yang sangat mudah agar potensi diri tidak berkembang dan tumbuh, padahal menutup telinga dan fokus pada kemampuan adalah fase menemukan minat dan bakat”

  1. Bagaimana cara membangun semangat berkarya untuk Mahasiswa/i ?

A. Percaya Mimpi

Ada sebuah Hadist yang menjelaskan tentang niat dalam Islam, “Sesungguhnya amal seseorang itu tergantung dengan niatnya” bahwa apa yang kita lakukan itu berasal dari rencana hati terlebih dahulu. Tetapi kita perlu garis bawahi, kalau niat adalah hasil dari pengalaman dan wawasan yang akhirnya akan melahirkan rencana, ia akan dinilai sebagai keberhasilan kalau sudah ada tindakan untuk menjalankan. Sangat disayangkan saat ada teman yang menunda untuk menulis buku sebab wacana lebih diperhatikan daripada rencana, sangat disesali bahwa ada kenalan yang tidak berani belajar hal baru karena takut tidak bisa diterima.

Lalu bagaimana menyikapi impian saat perasaan tidak berani terjun langsung ke lapangan ?. Mari kita belajar dari [6]Buku “Mereka yang pantang menyerah” karya A. Ruhimat yang sempat menjadi bacaan favorit waktu masih kecil. Orang – orang yang diangkat kisahnya dalam buku berisi 64 halaman ini adalah mereka yang berani bermimpi dan berani menyusun target untuk impian itu. Target adalah jalur utama sebelum kita turun dalam fase pembuktian. Ibu Joanne Rowling sebagai orang yang dibahas dalam buku terbitan Tiga Serangkai itu contohnya, penulis Mega Best Seller Fantasi Harry Potter ini mempunyai target dalam menulis dan menyusun karya – karyanya. Dari awal hanya tulisan – tulisan di kain tisu, beliau menantang dirinya untuk berani menuliskan itu di kertas buku. Karena target, beliau dapat memberikan kesimpulan bahwa, sebuah karya tidak semestinya dihalangi untuk dikenal orang banyak. Sebab target, beliau paham arti bekerja dan berusaha karena ada rencana yang harus diselesaikan. Karena target, beliau dapat mengendalikan emosi dan perasaan ketika naskah ditolak sebanyak 13 kali oleh penerbit.

A. Percaya Diri

[7]Namanya Jonathan Larson dari Amerika, pemuda yang sudah memasuki usia 30 – an ini adalah aktor yang sering bermain di panggung teater. Perannya juga beragam, mulai dari sutradara pementasan, penulis skenario, penyusun lagu dan musikal. Dia memiliki banyak idola dalam dunia teater yang sudah mempunyai banyak pencapaian sebelum umur mereka 30 tahun. Dengan menjadikan idola – idolanya sebagai motivator dan amunisi, ia pun menaruh rasa percaya diri di dalam keyakinan hati. Mulailah dalam waktu cukup panjang ia menyusun naskah teater berjudul Superbia. Impian lainnya adalah, agar superbia dapat dipentaskan pada tempat sekelas Brodway.

Tapi keinginan sepenuhnya tidak bisa mengatur kenyataan, itulah yang dialami Jonathan Larson saat perjuangan menulis naskah Superbia dibalas penolakan. Keluarga, teman – teman dan kerabat yang di awal sudah tidak setuju dengan usaha dari Jonathan akhirnya tertawa puas, mendengar ia pulang membawa kekecewaan atas usaha. Tapi percaya diri membuat ia tidak langsung jatuh, karena pembenaran dari percaya diri adalah saat kita berani untuk tetap berusaha. Jonathan tidak membutuhkan validasi dari orang lain untuk meningkatkan kepercayaan diri, sebab memulai tindakan lalu buat yang terbaik adalah patokan.

Hasilnya menjadi kenyataan, saat naskah teater berikutnya berjudul Red dapat tembus sampai ke Brodway dan menjadi salah satu pentas teater yang bertahan begitu lama di panggung megah impian banyak seniman Amerika itu. belajar dari pengalaman pribadi, bahwa dampak dari percaya diri tidak akan terasa kalau tidak dibarengi dengan tindakan. Saya pun menjalankan itu, dengan terus memantapkan hati mengikuti lomba sampai 30 kali baru bisa keluar sebagai juara Nasional, baru bisa menjadi Duta Literasi Indonesia tahun 2022.

[8]Ini dibenarkan oleh Buku Psikologi dengan tema “Pengertian Percaya diri, Manfaat percaya diri dan Contohnya”  yang bisa dibaca pada Gramedia Digital edisi 2021. Tasya Talitha sebagai penyusun buku itu, menjelaskan bahwa

“Kepercayaan diri merupakan sifat yang dimiliki oleh seseorang dengan rasa percaya dan yakin terhadap kemampuan yang ada di dalam dirinya. Sehingga semua rencana dalam hidup bisa direncanakan dengan baik”.

Berarti jelas bahwa sifat percaya diri membawa kita pada berani untuk melakukan tindakan dalam rencana dan meninggalkan sifat ragu – ragu.

B. Percaya Proses

Ada satu bagian lagi yang harus dilewati ketika ingin menikmati karya, saat mimpi telah dilaksana dan target adalah penyemangat lalu di ikuti rasa mampu dengan membawa percaya diri untuk berani melangkah lewat tindakan, namanya proses. Banyak orang harus berhenti di fase ini karena tidak berani menantang sabar. Banyak orang harus mundur pelan – pelan karena tidak berani diperdaya waktu untuk menunggu. Sebuah nasehat dari [9]Ustadz Dr. Fahrudin Faiz, Dosen Filsafat di Yogyakarta meyakinkan kita bahwa hidup itu harus menyadari makna dan tujuan, ia bisa dipahami kalau kita menikmati proses.

Ustadz Fahrudin juga menambahkan, bahwa sistem hidup di masa ini lebih sering membuat kita terlatih untuk menikmati hasil daripada proses. Padahal yang berkesan untuk dikenang sebagai pelajaran dan perjalanan adalah saat tertatih menyusun dan menulis sebuah impian. Teman – teman Mahasiswa/i beranggapan bahwa pencapaian yang besar adalah saat kita mendapatkan hasil, padahal dalam proses menuju itu sudah bisa kita nikmati.

Lanjut Ustadz Fahrudin soal teori Mindfull adalah, hidup itu memerlukan keterlibatan fisik dan pikiran. Karena mengaharapkan fisik menjalani tugasnya tanpa dibantu oleh pikiran sebagai pengendali adalah kesalahan sebab membebani sesuatu diluar batas wajarnya.

BAB III PENUTUP

  1. Kesimpulan

Apa yang disampaikan di atas oleh penulis, adalah sesuatu yang ia lihat dan perhatikan langsung dilapangan. Bahwa masih ada sebagian teman – teman yang punya banyak gagasan dan ide, serta inspirasi yang sebenarnya bisa di turunkan menjadi karya. Mereka dijamin kebebasan untuk berkarya selama tidak menyalahi aturan. Namun tidak percaya diri menjadi penghalang, Mood jadi alasan, ikut mau orang adalah pilihan. Tidak ada yang instan saat kita berani melangkah, maka menikmati proses adalah nilai besar yang harus dinikmati. Tidak ada yang mudah saat kita berani berbeda dan suara tertawa keluarga dan hinaan teman selalu ada.  Percayalah bahwa impian bisa kita tunaikan asalkan target menjadi pijakan, jangan menjadi orang yang hanya mampu berencana tanpa pernah melakukan tindakan atas rencana itu. dan proses bagi sebagian orang bisa dilewati dengan selalu mengedepankan asas disiplin, sebab disiplin bukan untuk mengekang tetapi membebaskan.

2. Saran

Setelah menyusun Karya Tulis Ilmiah yang singkat ini dengan judul “Berani merdeka dalam berkarya”, penulis berharap agar semoga para pembaca ataupun siapa saja berkenan untuk memberikan saran dan tambahan guna memperbaiki tulisan – tulisan berikutnya. Juga pesan dari penulis adalah, jangan menjadikan satu tulisan ini saja untuk menjadi bahan acuan dan belajar, perbanyaklah referensi agar wawasan akan semakin luas untuk menentukan pilihan.

[1] http://old.unika.ac.id/metamorfosa/2021/04/20/jangan-takut-untuk-berkarya/

[2] https://uns.ac.id/id/uns-berkarya/menjadi-mahasiswa-kreatif-dan-produktif-berbasis-hardskill-dan-softskill.html

[3] https://www.halodoc.com/artikel/5-fakta-tentang-mood-yang-perlu-diketahui

[4] https://www.dimasabi.my.id/2021/10/mood-dalam-menulis.html

[5] https://youtu.be/xpDGCnJ6N7s

[6] https://perpuskita.id/koleksi/show/894/belajar-kepada-mereka-yang-pantang-menyerah

[7] https://youtu.be/eV9uth2PuHk

[8] https://www.gramedia.com/best-seller/percaya-diri/amp/

[9] https://youtu.be/Ya7fzycnJ4Y

————————————————-
Official Account University of Darunnajah:
Penerimaan: www.darunnajah.ac.id/pmb
Instagram: @univ.darunnajah
Facebook: Universitas Darunnajah Jakarta
Tiktok: univ_darunnajah
Whatsapp: 081222001443, 081240001302
Website: www.darunnajah.ac.id