
BAGAIMANA BHINNEKA TUNGGAL IKA MEMBANGUN PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN?
Irfandi Rizky Tomagola
UNIVERSITAS DARUNNAJAH
A. Pendahuluan
Sebagai negara yang termasuk multikultur, keberagaman di Indonesia harus tetap dijaga dan diharapkan akan tetap eksis dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara. Keberagaman di Indonesia jika tidak dirawat dengan nilai-nilai seperti saling menghormati dan toleransi akan memiliki peluang besar untuk terjadinya perpecahan dalam kehidupan masyarakat. Perpecahan yang sering terjadi di dalam keberagaman adalah munculnya perasaan kedaerahan serta kesukuan yang fanatik, sehingga hanya menganggap apa yang dipercaya dan dianut maka itulah yang paling benar.
Menjaga persatuan dan kesatuan bukan hanya menjadi kewajiban satu kelompok agama, ras atau suku tertentu, tetapi menjadi tanggung jawab bersama setiap masyarakat yang hidup dibawah naungan Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan kondisi keberagaman yang ada di Indonesia, membuat Indonesia sangat bergantung terhadap perilaku masyarakat yang dapat menjadikan perbedaan menjadi sebuah kekayaan bangsa atau memandangnya sebagai pemecah karena ketidaksamaan yang diinginkan.[1] Will Kymlicka dalam pandangannya menggambarkan “Akan sulit berada pada masyarakat yang dilandasi dengan keberagaman yang luas untuk tetap dalam persatuan. Kecuali masyarakat menanamkan sikap untuk saling menghargai dan toleransi serta ingin hidup disuatu negeri yang beragam bentuk keanggotaan budaya, suku, adat istiadat, agama dan lain-lain.[2]
B. Pembahasan
- Makna Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang negara Indonesia memiliki bentuk burung garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan dari sudut pandang Garuda. Penggunaan Garuda sebagai lambang negara melalui beberapa proses yaitu saat pemerintah mengadakan sayembara lambang negara pada tahun 1950 dan memilih dua hasil terbaik yaitu rancangan Sultan Hamid II dan Muhammad Yamin. Hasil karya dari Sultan Hamid II berupa burung Elang Rajawali yang oleh pemerintah dinamakan sebagai Garuda Pancasila kemudian diresmikan sebagai lambang negara pada sidang kabinet RIS 11 Februari 1950.
Makna filosofis yang ada dalam lambang Garuda diserap dari nilai-nilai mitologis burung Garuda yang berkembang dalam ajaran Hindu. Garuda dipercaya sebagai simbol dari lambang kekuatan dan tenaga pembangunan, dan lima ruang yang ada dalam perisai di dada burung Garuda mewujudkan ikon tiap sila dari Pancasila yang saling berhubungan dan merupakan suatu kesatuan dari pandangan hidup bangsa Indonesia.[3]
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika bagi bangsa Indonesia merupakan dasar dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan. Untuk mewujudkan semboyan ini dalam kehidupan sehari-hari diperlukan adanya rasa saling menghargai antara masyarakat tanpa memandang adanya perbedaan suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan warna kulit. Negara Indonesia yang memiliki banyak sekali adat istiadat, bahasa, aturan, kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara satu sama lain membutuhkan kesadaran sikap untuk saling menghargai demi terciptanya kedamaian dan rasa persaudaraan. Dengan adanya semboyan Bhinneka Tungga Ika kita harus membuang jauh sikap untuk peduli pada diri sendiri dan merasa daerahnya yang harus diperhatikan tanpa memperhatikan kepentingan bersama. Arti dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika juga dijelaskan dalam buku karya Mohammad Hatta “Bung Hatta Menjawab” (1979) bahwa :
“Bhinneka Tunggal Ika berujud pada unsur-unsur kesatuan dalam kehidupan bangsa, dalam arti adanya segi-segi politik, ekonomi, kebudayaan dan kejiwaan yang bersatu dan dipegang bersama oleh segala unsur ke-Bhinneka-an itu.”[4]
Bhinneka Tunggal Ika sebagai simbol jati diri bangsa Indonesia sudah ada jauh sebelum Indonesia menyatakan kemerdekaannya, yakni pada masa kerajaan Majapahit. Kalimat Bhinneka Tunggal Ika dalam asal usulnya berasal dari Bahasa Jawa Kuno yang dikutip dari falsafah nusantara kakawin yaitu Kakawin Sutasoma, karangan dari Mpu Tantular yang hidup di zaman kerajaan Majapahit.[5]
2. Keberagaman dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika
a. Kebhinnekaan Bangsa Indonesia
- Kebhinnekaan Mata Pencaharian
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki kondisi alam yang berbeda-beda, seperti dataran tinggi dan dataran rendah yang meliputi gunung dan laut sehingga ini membuat masyarakat harus menyesuaikan cara untuk hidup di alam sekitarnya. Bentuk alam juga mempengaruhi perbedaan mata pencaharian, ada yang berprofesi sebagai petani, pedagang, peternak dan lain-lain sehingga perbedaan mata pencaharian ini dapat menjalin persatuan untuk saling menguntungkan karena terdapat ikatan saling membutuhkan antara lain.[6]
- Kebhinnekaan ras
Letak Indonesia berada pada posisi strategis untuk jalur perdagangan yang membuatnya menjadi tempat singgah untuk para kaum pendatang dan mengakibatkan terjadinya proses akulturasi baik pada ras, agama, kesenian dan juga budaya. Beberapa ras yang ada di Indonesia adalah Melanesoid yang berdiam di daerah timur Indonesia meliputi Maluku dan Papua dengan ciri fisiknya berupa rambut keriting, dan kulit hitam. Weddoid dengan jumlah relatif sedikit, seperti orang Sakai, Kubu, Mentawai, dan Tomuna dengan ciri-ciri fisiknya, berperawakan kecil, kulit sawo matang dan rambut berombak. Selain itu ada juga Ras yang berdiam di sebagian besar kepulauan Indonesia khususnya Sumatera dan Jawa, yaitu Ras Malayan Mongoloid. Dengan ciri-ciri fisiknya yaitu rambut ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit putih sampai sawo matang. Perbedaan ras ini membutuhkan rasa saling menghormati dan menghargai demi terciptanya persatuan dan kesatuan.[7]
- Kebhinnekaan Agama
Sebagai daerah yang terletak dalam jalur strategis untuk perdagangan, para pendatang yang berkunjung ke Indonesia membawa beberapa misi diantaranya adalah penyebaran agama/keyakinan. Kepercayaan-kepercayaan seperti Animisme dan Dinamisme mulai bergesar dengan adanya pengaruh agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu. Namun, perbedaan agama seringkali menimbulkan konflik yang berdasar pada alasan untuk mempertahankan keyakinan. Seperti peristiwa “Kerusuhan Ambon 99” yang menelan ribuan korban jiwa dan memberikan dampak kerugian dan kerusakan kepada Kota Ambon dan sekitarnya. Tentunya kerentanan akan konflik tersebut bisa dikurangi dengan cara saling toleransi antar umat beragama, karena setiap agama tidak mengajarkan untuk menghukum orang lain dan merasa benar.
- Kebhinnekaan Budaya
Dalam pengertian hukum adat budaya diartikan sebagai gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka untuk mengatur kehidupan masyarakat. Budaya berfungsi untuk mengatur sikap dan juga perilaku sumber daya manusia kepada arah yang lebih baik. Budaya tradisional yang sudah berkembang lama di Indonesia kemudian bergabung dengan budaya modern yang dibawa oleh arus modernisasi, namun tidak menghilangkan budaya asli Indonesia. Keanekaragaman budaya di Indonesia ini juga membuat Indonesia dikenal di mata dunia sebagai negara yang bukan hanya memiliki kekayaan alam tapi juga budayanya.[8]
b. Bhinneka Tunggal Ika Untuk Bangsa dan Negara
Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam bingkai negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kita melihat bangsa yang berbeda dan beragam dalam hal suku bangsa, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME. Segala perbedaan ini membutuhkan kesadaran untuk menerapkan persatuan dan saling menghargai dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya kesadaran untuk membangun persatuan demi terciptanya kerukunan, maka yang muncul adalah kekacauan karena setiap orang atau daerah akan menempatkan dirinya pada posisi yang paling berhak untuk diperhatikan dan kemudian menanggalkan kepentingan-kepentingan bersama lainnya.
- Cara Membangun Persatuan Dalam Keberagaman
Dalam ajaran agama Islam persaudaraan secara umum disebut sebagai Ikhwan, yaitu kumpulan individu manusia yang bersatu menjadi sebuah kesatuan. Dengan adanya persaudaraan maka kehidupan akan damai dan lebih mudah untuk mewujudkan persatuan di tengah masyarakat. Persaudaraan juga akan mencegah orang-orang yang ingin berbuat semena-mena kepada sesama maupun seagama, karena persaudaraan membuat setiap orang akan memiliki tanggung jawab untuk saling menjaga keamanan.[9]
Berikut ini langkah-langkah untuk mengimplementasikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan untuk mewujudkan persatuan Bangsa Indonesia:
a. Keadilan Yang Obyektif
Dalam konteks keberagaman, keadilan adalah sikap atau tindakan yang perlu diperhatikan terhadap orang atau kelompok lain. Karena seringkali kita menganggap orang lain itu berbeda dan bukan bagian dari kita dan muncullah perbuatan tidak adil seperti memutuskan hukum secara sepihak dan memberikan dampak kerugian kepada masyarakat sekitar.
Padahal sudah jelas tertuang dalam sila ke 5 mengenai keadilan yang harus dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.[10]
b. Menjauhi Kekerasan
Keberagaman suku, budaya, agama, adat istiadat dan lain-lain yang terdapat di Indonesia tidak jarang menimbulkan perseteruan dan konflik bahkan kekerasan yang sebenarnya bisa dihindari dengan mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan cara-cara argumentatif lainnya. Perlu dipahami bahwa dialog bukanlah suatu cara yang ditempuh untuk saling menyerang dengan menjatuhkan pihak lain dengan argumen, tetapi dialog adalah cara alternatif untuk mendapatkan arah untuk satu kesepahaman dalam menyelesaikan masalah tanpa perlu ada kekerasan dan mengangkat senjata.
c. Perilaku Inklusif
Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, setiap individu atau kelompok harus merasa dirinya adalah unsur yang tergabung dalam kumpulan masyarakat yang lebih luas, sehingga dengan itu kita tidak akan memandang rendah kelompok lain karena kita semua adalah satu kesatuan dalam kehidupan bersama.[11]
d. Sikap Rukun dan Damai
Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh segenap masyarakat ditengah keragaman adalah toleransi, yang akhir-akhir ini hanya muncul sebagai kampanye sementara dari pemerintah dan sangat minim untuk diterapkan. Toleransi atau saling hormat menghormati akan membawa kita pada pemahaman untuk tidak meremehkan pihak lain, dan merupakan salah satu cara demi terbentuknya kehidupan yang lebih lestari.
e. Sikap kasih sayang dan saling percaya
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita harus menumbuhkan rasa kasih sayang untuk saling percaya. Sebab tidak akan ada persatuan yang sehat jika di dalamnya masih banyak rasa curiga, dan iri hati satu sama lain. Setiap kelompok punya peran dan tanggung jawabnya masing-masing, yang harus kita imbangi dengan saling membantu tanpa pamrih pribadi dan golongan.
- Harmonisasi Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Dalam pandangan peradaban Yunani kata harmoni atau harmonia berarti terikat secara serasi. Harmoni juga diartikan sebagai sebuah proses atau upaya untuk menyelaraskan, menyerasikan, atau menyesuaikan sesuatu yang dianggap tidak atau kurang sesuai, kurang atau tidak pantas atau tidak serasi, sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan harmonis. Harmoni dalam hubungan sosial dapat dimaknai sebagai keadaan dimana setiap masyarakat dapat berhubungan secara baik untuk saling menghargai.[12]
Harmoni dalam hubungan sosial tidak akan tercapai jika tidak ada kehidupan yang damai dan saling menghargai dari setiap anggota masyarakat yang tinggal dalam keberagaman.
a. Prinsip-Prinsip Harmoni dalam Keberagaman Sosial
Dalam kehidupan keberagaman masyarakat harus memperhatikan perkembangan harmoni dalam perbedaan dan harus secara optimis berusaha untuk merealisasikannya. Sikap untuk merasa kelompoknya yang paling benar dari sebuah golongan masyarakat dapat diredam dengan membangun kesadaran betapa pentingnya kesatuan dalam keharmonisan.
Ada beberapa prinsip yang harus dijaga supaya perkembangan harmoni tetap lestari. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
- Mengedepankan semangat kesetaraan
- Saling pengertian antara sesama anggota masyarakat
- Mengutamakan sifat toleransi yang tinggi
- Mengutamakan kerjasama antara setiap anggota masyarakat
- Memberikan penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan kepada prestise atas kesukuan, ras, dan lain-lain.[13]
Ide Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya sebuah prinsip ideologi semata, melainkan berupa sebuah penghayatan mengenai kehidupan bersama di dalam perbedaan. Rasa kebangsaan bukan hanya cuman sekedar persamaan tumpah darah dan tempat tinggal. Lebih dari itu, rasa kebangsaan adalah soal bagaimana tiap warganya diikat oleh perasaan dan kehendak yang sama untuk saling membantu ditengah perbedaan
C. Kesimpulan
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika bagi bangsa Indonesia merupakan dasar dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan. Untuk mewujudkan semboyan ini dalam kehidupan sehari-hari diperlukan adanya rasa saling menghargai antara masyarakat tanpa memandang adanya perbedaan suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan warna kulit. Negara Indonesia yang memiliki banyak sekali adat istiadat, bahasa, aturan, kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara satu sama lain membutuhkan kesadaran sikap untuk saling menghargai demi terciptanya kedamaian dan rasa persaudaraan.
Langkah-langkah yang harus diperlukan untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan persatuan Bangsa Indonesia adalah:
- Keadilan yang Obyektif
- Menjauhi kekerasan
- Perilaku inklusif
- Sikap rukun dan damai
- Sikap kasih sayang dan saling percaya
Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya sebuah simbol yang terdapat dalam gugusan kalimat-kalimat yang ditetapkan dalam Pancasila sebagai dasar negara, bukan hanya sebuah kalimat yang diapit oleh burung garuda, sebab dia adalah alasan kenapa kerukunan harus tetap dijaga walaupun kita hidup ditengah bermacam keragaman yang sudah ada sejak lama. Untuk menjaga persatuan di dalam keberagaman bukan hal yang mudah dilakukan, namun pelan-pelan dengan sikap toleransi dan memperhatikan kepentingan bersama kita bisa membangun persatuan dan kesatuan bagi bangsa dan negara dengan sebuah konsep yang berasal dari jati diri bangsa Indonesia sendiri yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
DAFTAR PUSTAKA
- Safril Hidayat.(2018). Bhinneka Tunggal Ika.(Artikel, Universitas Pertahanan Indonesia).
- Karyono, Sasa.(2022). “Pengertian sikap Inklusif: Pandangan terhadap perbedaan?”, https://www.linovhr.com/sikap-inklusif-adalah/, Diakses pada 18 Agustus 2023.
- (2021). “Sejarah semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang pertama kali diungkapkan Mpu Tantular”, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5711982/sejarah-semboyan-bhinneka-tunggal-ika-yang-pertama-kali-diungkapkan-mpu-tantular, Diakses pada 17 Agustus 2023.
- Affandi,N.(2012). “Harmoni dalam keberagaman”. Jurnal Komunikasi dan Sosial Keagamaan, 15(1), hlm 83.
- Lestari, Puji dkk.(2020). “Implementasi nilai-nilai Pancasila pada sila kelima dalam pembelajaran”. Jurnal Pendidikan Sosial,7(2),hlm 136-137.
- Miftahusolih, Ahmad.(2021). “Konsep persaudaraan dalam Al-Qur’an”. Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 3(1), hlm 46-47.
- Lestari, Gina.(2015). “Bhinneka Tungal Ika: Khasanah Multikultur Indonesia di tengah Kehidupan sara”, 28(1), hlm 34 dan 39.
- Virdianti, Puput.(2014). “Proses penetapan garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia”, 2(2), hlm 59.
- Muhammad Nasir.(2019). “Kebersamaan dalam keragaman (Perspektif Al-Qur’an)”, https://kepri.kemenag.go.id/page/detartikel/kebersamaan-dalam-keragaman-perspektif-al-quran-#:~:text=Berdasarkan%20petunjuk%20Al%2DQuran%20pluralisme,atau%20energi%20untuk%20membangun%20kebersamaan%20, Diakses pada 16 Agustus 2023.
- Rachel Anastasia.(2022). “Prinsip-Prinsip dalam Membangun Harmoni Sosial dalam Materi Sosiologi Kelas 11 SMA”, https://hits.grid.id/read/483561915/prinsip-prinsip-dalam-membangun-harmoni-sosial-dalam-materi-sosiologi-kelas-11-sma, Diakses pada 18 Agustus 2023.
- Alfi Sihati dkk.(2022). “Kebhinekaan dan Keberagaman (Integrasi di Tengah Pluralitas)”,Jurnal Inovasi Penelitian, 2(9), hml 3-5.
- Heri Prihartono.(2021). “Menganal berbagai macam kebhinekaaan dan keragaman yang ada di Insonesia”, https://jambi.tribunnews.com/amp/2021/08/01/mengenal-berbagai-macam-kebinekaan-dan-keragaman-yang-ada-di-indonesia, Diakses pada 17 Agustus 2023.
________________________________________________________________________
[1] Gina Lestari, “Bhinneka Tungal Ika: Khasanah Multikultur Indonesia di tengah Kehidupan sara,” Program Studi Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th 28, Nomor 1 (Februari 2015) h.34
[2] Gina Lestari, “Bhinneka Tungal Ika: Khasanah Multikultur Indonesia di tengah Kehidupan sara,” Program Studi Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th 28, Nomor 1 (Februari 2015) h.289
[3] Puput Virdianti, “Proses Penetapan Garuda Pancasila Sebagai Lambang Negara Indonesia”, Vol 2, Jurnal Pendidikan Sejarah, 2014, hl. 59
[4] Safril Hidayat, “Bhinneka Tunggal Ika”, ResearchGate, 2017, Hlm 3.
[5] Kristina, “Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang Pertama Diungkapkan Mpu Tantular”, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5711982/sejarah-semboyan-bhinneka-tunggal-ika-yang-pertama-kali-diungkapkan-mpu-tantular, diakses pada 17 Agustus 2023.
[6] Heri Prihartono, “Mengenal Berbagai Macam Kebinekaan dan Keragaman yang Ada di Indonesia”, https://jambi.tribunnews.com/amp/2021/08/01/mengenal-berbagai-macam-kebinekaan-dan-keragaman-yang-ada-di-indonesia, 17 Agustus 2023.
[7] Hafiluddin dkk, “Pemahaman Kebhinekaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Neheri 1 Makassar”, Vol.8, Jurnal Educandum, 2022, hl.294
[8] Alfi Sihati dkk, “Kebhinekaan dan Keberagaman (Integrasi di Tengah Pluralitas)”, Vol.2, Jurnal Inovasi Penelitian, 2022, hl. 3-5
[9]Ahmad Miftahusolih dkk, “Konsep Persaudaraan dalam Al-Qur’an”, Vol.3, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 2021, hl.46-47
[10] Puji Lestari, “Implementasi Nilai-nilai Pancasila Pada Sila Kelima dalam Pembelajaran”, Vol.7, Jurnal Pendidikan Sosial, 2020, hl.136-137
[11] Sasa Karyono, “Pengertian Sikap Inklusif: Pandangan Positif Terhadap Perbedaan”, https://www.linovhr.com/sikap-inklusif-adalah/, 18 Agustus 2023.
[12] Nurkholik Affandi, “Harmoni dalam Keberagaman”, Vol.15, Jurnal Komunikasi dan Sosial Keagamaan, 2012, hl. 83
[13] Rachel Anastasia, “Prinsip-Prinsip dalam Membangun Harmoni Sosial dalam Materi Sosiologi Kelas 11 SMA”, https://hits.grid.id/read/483561915/prinsip-prinsip-dalam-membangun-harmoni-sosial-dalam-materi-sosiologi-kelas-11-sma, 18 Agustus 2023.