Pendidikan Seumur Hidup

1362
Ustd Harir Rijal
Ustd Harir Rijal

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja. Akan tetapi harus berlangsung secara berkelanjutan.
Dari sinilah muncul istilah pendidikan seumur hidup (life long education) atau pendidikan terus menerus (continuing education). )
Islam juga telah menggariskan pendidikan seumur hidup. Rasulullah SAW bersabda: “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat “. Lepas dari sahih atau tidaknya pendapat tersebut, namun itu memberikan masukan yang cukup berharga bagi pendidikan. Di samping itu, pendapat ini tidak bertentangan dengan ajaran al-qur’an dan hadits.

A.KONSEP DASAR PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Dalam GBHN dinyatakan bahwa ”pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah ”. )
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus-menerus (kontinu) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan konsep islam, hadis Nabi Muhammad SAW, yang menganjurkan belajar dari buaian sampai ke liang kubur.
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas, bahwa pendidikan adalah suatu proses yang berkelangsungan (kontinu) dari bayi sampai meninggal dunia.
Asas pendidikan seumur hidup itu akan mengubah pandangan tentang status dan fungsi sekolah, dimana tugas utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik bagaimana caranya belajar, peranan guru terutama adalah sebagai motivator dan penunjuk jalan anak didik dalam hal belajar, sekolah sebagai kegiatan belajar (learning centre) bagi masyarakat sekitarnya. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai pendidikan seumur hidup, maka semua orang secara potensial merupakan anak didik.)
B.PRIODE PRA KONSEPSI
Priode pra konsepsi sama halnya denagan fase pemilihan jodoh dalam pendidikan pra natal. fase ini adalah priode persiapan untuk menghadapi hidup baru yaitu berkeluarga.
Menurut R.I. Suhartin, memilih jodoh harus ada syarat dan kriterianya. Sebaiknya jodoh yang dipilih sudah dewasa agar tidak mengalami kesulitan dalam berkeluarga. Dan syarat khusus tentunya dengan selera masing-masing. Namun syarat yang terpenting adalah saling mencintai.
Rasulullah telah memberikan gambaran dalam haditsnya mengenai pemilihan calon istri atau acalon suami.
a. Pemilihan Calon Istri
Sabda Nabi SAW ”wanita itu dinikahi karna empat pertimbangan; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karna agamanya. Dapatkanlah wanita yang memiliki agama, akan beruntunglah kamu. (HR. Bukhori Muslim)”.)
Dari beberapa hadits Rasulullah, maka dapat diambil beberapa syarat yang penting untuk memilih calon istri diantaranya :
a) Saling mencintai
b) Memilih wanita karna agamanya agar nantinya mendapat berkah dari Allah SWT. Sebab orang yang memilih kemuliaan seseoang akan mendapatkan kehinaan, jika memilih karena hartanya maka akan mendapatkan kemiskinan, jika memilih karena kedudukan maka akan memperoleh kerendahan.
c) Wanita yang sholeh
d) Sama derajatnya dengan calon mempelai
e) Wanita yang hidup dalam lingkunngan yang baik
f) Wanita yang jauh keturunannya dan jangan memilih wanita wanita yang dekat sebab dapat menurunkan anak yang lemah jasmani dan bodoh
g) Wanita yang gadis dan subur(bisa melahirkan)
b. Pemilihan Calon Suami
Rasulullah bersabda :
yang artinya :
Apabila kamu sekalian didatangi olehseorang yang agama dan akhlaknya kamu ridhai, maka kawinkanlahia, jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan menjadi fitnah dimuka bumi ini dan tersebarlah kerusakan. (HR. Tarmidzi)
Hadits itu tidak hanya di ungkapkan Nabi SAW untuk menjelaskan alternatif pemilihan istri atau suami semata, melainkan lebih dari itu. yang lebih penting adalah peningkatan martabat manusia dimasa depan, melalui upaya pendidikan.
Rasulullah tidak hanya menganjurkan kepada seorang pria untuk memilih calon istri yang taat beragama, akan tetapi juga menganjurkan kepada perempuan untuk memilih calon suami yang taat beragama.
C.PENDIDIKAN PRANATAL (TARBIYAH QABL AL-WILADAH)
Pendidikan pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan. Masa ini ditandai dengan pemilihan jodoh, pernikahan dan kehamilan.

  1. Fase perkawinan /pernikahan

Ada beberapa aspek yang dijelaskan oleh syariat islam yang berhubungan dengan anjuranpernikahan/perkawinan diantaranya:
a) perkawinan merupakan sunnah, RasulullahSabda Nabi”siapa saja yang mampu untuk menikah, namun ia tidak menikah maka tidaklah ia termasuk golonganku (H.R. Thabrani dan Baihaki)perkawinan untuk
b) ketentraman dan kasih sayang, Firman Allah SWT ”dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah, doia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendirisupaya kamu cendrung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”(QS, Al-Rum : 21).
c) perkawinan untuk mendapatkan keturunan,
d) Firman Allah SWT”Allah telah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu” (QS.An Nahl : 72)
e) Perkawinan untuk memelihara pandangan dan menjaga kemaluan dari kemaksiatan.
Setelah calon dipilih, diadakan peminangan, dan selanjutnya diadakan pernikahan.

2.Fase Kehamilan
Tahap ini sudah selangkah lebih maju dari yang pertama. masa pasca konsepsi disebut juga dengan masa kehamilan. Secara umum masa ini berlangsung kurang lebih 9 bulan 10 hari. walau masa ini relatif lebih pendek dari masa selainnya, namun priode ini memberikan makna yang sangat penting bagi proses pembentukan kepribadian manusia berikutnya.
Islam melihat dari aspek penddidikan ada tiga faktor untuk dibicarakan. Pertama, harus diyakini bahwa priode dalam kandungan pasti bermula dari adanya kehidupan (al-hayat). Kedua setelah berbentuk sekerat daging, Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya. Ketiga ada satu aspek lagi bagi si janin pada masa dalam kandungan, yaitu aspek aganma.
Pada masa itu hubungan janin sangat erat dengan ibunya, untuk itu sang ibu berkewajiban memelihara kandungannya, antara lain:
1) Makan makanan yang bergizi,
2) Menghindari benturan,
3) Menjaga emosi dan perasaan sedih,
4) Menjauhi minuman keras,
5) Menjaga rahim agar jangan terkena penyakit,
Oleh karna itu pendidikan sudah dimulai sejak anak dalam masa kandungan.
Proses pendidikan itu dilaksanakan dengan secara tidak langsung, seperti berikut:
a) Ibu yang hamil harus mendo’akan anaknya,
b) Ibu harus selalu menjaga dirinya degan memakan makanan dan minuman yang halal,
c) Ikhlas mendidik anak,
d) Suami harus memenuhi kebutuhan istri,
e) Mendekatkan diri kepada Allah,
f) Kedua orang tua harus berakhlak mulia.akhlak mulia yang harus dimiliki orang tua adalah: kasih sayang, sopan dan lemah lembut, pemaaf, dan rukun dalam keluarga dan tetangga.

D.PENDIDIKAN PASCA NATAL (TARBIYAH BA’DA AL-WILADAH)
1.Fase bayi
Fase bayi ialah fase masa kehidupan manusia terhitung dari saat kelahiran sampai kira-kira berumur dua tahun. Perkembangan yang menonjol pada saat itu adalah pendengaran. Firman Allah ”Dia yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi amat sedikit kamu bersyukur”.
Hal yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya:
a. Mengeluarkan zakat fitrah.
b. Mendapat hak waris.
c. Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran.
d. Menyuarakan azan dan iqamah di telinga bayi.
e. Aqiqah.
f. Memberi nama.
2.Fase kanak-kanak
Fase kanak-kanak disebut sebagai masa estetika, masa indera, dan masa menentang orang tua. Masa bayi ini dibagi dua fase, yaitu fase anal dan pra sekolah.
Fase anal (1-3 tahun), pada masa ini kecerdasan anak ditimgkatkan dengan cara, memberikan makanan yang baik, dan anak selalu diajak berkomunikasi dengan macam-macam permainan yang cocok dengan usianya.
Fase pra sekolah (3-6 tahun), karakteristik anak pada masa ini adalah :
1) Dapat mengontrol tindakan.
2) Selalu ingin bergerak
3) Berusaha mengenal lingkungan
4) Perkembangan yang cepat dalam berbiara
5) Senantiasa ingin memiliki sesuatu
6) Mulai membedakan yang benar dan yang salah
3.Fase anak-anak (6-12 tahun)
Karateristiknya:
1) Anak mulai bersekolah
2) Guru mulai menjadi pujaannya
3) Gigi tetap mulai tumbuh
4) Mulai malu apabila auratnya dilihat orang
5) Hubungan anak dengan ayah semakin dekat
6) Anak suka sekali menghafal
4.Fase remaja
Awal remaja ditandai dengan dimulainya keguncangan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Proses terbentuknya pedirian hidup dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup. Menurut Sumardi Suryabrata proses tersebut melalui tiga langkah :
a) Karena tidak ada pedoman, si remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dihargai dan dipuja.
b) Pada taraf kedua, objek pemujaan itu telah mulai lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dianggap mendukung sesuatu nilai.
c) Pada taraf yang ketiga, si remaja telah dapat menghargai nilai-nilai lepas dari pendukungnya.
5.Fase dewasa
Usia dewasa dimulai sejak berakhirnya kegoncangan-kegoncangan kejiwaan pada masa remaja. Maka uasia dewasa dikatakan masa ketenangan jiwa, ketetapan hati dan kemanan yang tegas.
a) fase dewasa dini, yaitu masa pencarian kemantapan, yaitu suau masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional.
b) Fase dewasa madya, (40-60 tahun), masa ini ditandai dengan adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti dengan penurunan daya ingat.
c) Fase dewasa akhir, ciri-ciri fase dewasa akhir adalah:merupakan priode kemunduran, perbedaan individual, usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda.
E.STRATEGI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

1.Konsep-konsep kunci Pendidikan Seumur Hidup

a.Konsep Pendidikan Seumur Hidup ItuSendiri
pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan dan pengalaman-pengalaman pendidikan. Hal ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentang usia.
b.Konsep Belajar Seumur Hidup
istilah belajar ini merupakan kegiatan yang dikelola walaupun tanpa organisasi sekolah.
c.Konsep Pelajar Seumur Hidup
untuk mengatasi problema, perlu adanya sistem pendidikan yang bertujuan membantu perkembangan orang-orang untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka seumur hidup.
d.Kurikulum Yang Membantu Pendidikan Seumur Hidup
Kurikulum harus didesain atas dasar asa pendidikan seumur hidup. Kurikulum yang demikian merupakan kurikulum yang praktis untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.Arah Pendidikan Seumur Hidup
Pada umumnya pendidikan seumur hidup diarahkan pada orang-orang dewasa dan pada anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan ktrampilan mereka yang sangat dibutuhkan dalam hidup.

pendidikan seumur hidup

Friday, January 4, 2008 2:10:33 AM

PENDAHULUAN

Pakar pendidikan yang juga mantan Menteri pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Fuad Hassan berpendapat, pendidikan dalam arti luas merupakan ikhtiar yang ditempuh melalui tiga pendekatan, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan. Ketiga aspek itu berlangsung sepanjang perjalanan hidup manusia.

Demikian Fuad Hassan saat menjadi pembicara kunci pada seminar nasional “Rekonstruksi dan Revitalisasi pendidikan Indonesia Menuju Masyarakat Madani”, di Widya Graha Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jln. Gatot Subroto Jakarta, Kamis (2/9).

Hadir dalam cara itu, pengamat pendidikan Arief Rachman dan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI, Dewi Fortuna Anwar.

Menurut Fuad, anggapan bahwa pembiasaan hanya efektif pada masa kanak-kanak jelas keliru karena pada usia dewasa dan lanjut usia pun pembiasaan masih terjadi. Misalnya, melalui kegiatan hobi dalam masa pensiun, kebiasaan makan yang berkenaan dengan pemeliharaan kesehatan, kebiasaan olah raga, dan lainnya yang dibentuk pada masa tua.

Halnya mengenai pembelajaran yang juga meliputi pelatihan, dikatakan Fuad, itu merupakan pendekatan yang terutama mengemuka melalui jalur pendidikan formal.

“Melalui jalur ini, sesuatu program pembelajaran jelas cakupannya dari awal hingga akhir. Pendekatan ini lazim dilaksanakan melalui pendekatan klasikal dan kurikuler dalam sistem persekolahan,” jelasnya.

Selanjutnya, yang sering dilupakan adalah pendidikan dalam arti luas yang meliputi juga peneladanan, yaitu melalui terpaan citra yang memikat untuk ditiru perilakunya atau bahkan menjadi model identifikasi diri bagi pengamatnya.

Dikemukakan Fuad, secara umum dapat dikatakan bahwa teladan dijadikan pedoman berperilaku. Di sisi lain, perilaku yang diamati sebagai teladan juga bisa berpengaruh sebagai penentu pola dan kecenderungan (patern and trend setter). Teladan pun ditemukan melalui sosok yang dianggap memperagakan model peran (role model).

Fuad juga menilai, peneladanan merupakan penjelmaan yang bisa berdampak kuat dalam proses pendidikan, terutama bagi anak-anak dan remaja, serta kaum muda umumnya.

“Pada usia yang masih rentan untuk dibentuk oleh berbagai faktor eksternal ini, peneladanan bisa memengaruhi arah perkembangan para remaja dan kaum muda menuju kedewasaan,” tuturnya.

Di tempat sama, pengamat pendidikan yang lain, Arief Rachman mengungkapkan hal senada. Potret pendidikan yang ada seolah-olah pendidikan itu ada di sekolah. Padahal, lingkungan luar sangat berperan.

Ia menilai, pendidikan memang persyaratan awal. Akan tetapi, jangan direduksi di sekolah, tetapi juga di masyarakat, rumah tangga, dan media.

Berkaitan dengan lokakarya atau workshop yang berlangsung pada Jumat (3/9), Arief menyebutkan, adanya sejumlah usulan. Antara lain, menyangkut visi masyarakat madani, memproses pendidikan di masyarakat, serta apa yang disebut sukses pendidikan, misalnya apakah sebatas dilihat dari produk memenuhi target, atau juga perlu pemahaman menyangkut moral, hak asasi manusia, dan gender

BAB I. PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandungi unsur-unsur pengajaran, latihan, bimbingan dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai ilmu, nilai agama dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan itu.

Justeru, pendidikan itu merujuk kepada manusia sebagai objek utama dalam proses pendidikan. Dalam hal ini, berbagai definisi diberikan berhubung istilah pendidikan. Antara lain :

1. Pandangan pakar pendidikan dari Amerika iaitu John Dewey. John Dewey berpandangan bahwa pendidikan ialah satu proses membentuk kecenderungan asas yang berupa akaliah dan perasaan terhadap alam dan manusia. Lihat Abdul Halim el-Muhammady, Januari 1984. pendidikan Islam Skop Dan Matlamatnya, Jurnal pendidikan, Tahun 1, bil. 1, ABIM, Selangor, hlm.10 dan lihat juga John Dewey, 1910. Democracy and Education, Mac Millan & Co., New York, hlm. 1-2.
2. Prof. Horne, Beliau juga merupakan tokoh pendidik di Amerika. Beliau berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri manusia yang merangkumi aspek jasmani, alam, akliah, kebebasan dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam akliah, perasaan dan kemahuan manusia. Lihat Hermen Harrel Horne, 1939. The Democratic Philosophy of Education, Mac Millan & Co., New York, hlm. 6. Lihat juga Mook Soon Sang, 1988. pendidikan di Malaysia, Kumpulan Budiman, Kuala Lumpur, hlm. 414.]
3. Herbert Spencer, Beliau merupakan ahli falsafah Inggeris (820-903 M). Beliau berpendapat bahwa pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan ke hidupan yang sempurna. Lihat Herbert Spencer, 1906. Education: Intelectual, Moral and Physical, Wiiliam and Nongete, hlm. 84.

Berdasarkan definisi-definisi itu, dapat difahamkan bahwa pendidikan ialah proses melatih akaliah, jasmaniah dan moral manusia untuk melahirkan warganegara yang baik serta menuju ke arah kesempurnaan bagi mencapai tujuan hidup.

Hassan Langgulung juga merumuskan pengartian pendidikan itu sebagai menambah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada individu dalam masyarakat. Proses pemindahan nilai budaya itu ialah, pertama, pemindahan nilai-nilai budaya melalui pengajaran. Ia boleh diartikan sebagai pemindahan pengetahuan atau knowledge. Jadi, apabila seseorang memindahkan pengetahuan tersebut maka berlakulah proses pengajaran. Kedua, proses pendidikan merupakan satu latihan. Ia bermaksud apabila seseorang itu membiasakan diri dalam melakukan pekerjaan

B. PENDIDIKAN FORMAL DAN TIDAK FORMAL

Hakikatnya dapat dimengarti bahwa pendidikan itu didapati melalui proses yang terdapat di dalam sesuatu masyarakat dan individu yang ada didalamnya. Akibat daripada proses tersebut. pendidikan boleh dikategorikan dalam dua bentuk utama iaitu dalam bentuk formal dan bentuk tidak formal.

Pendidikan yang berbentuk formal dikelolakan oleh satu yayasan atau institusi yang berfalsafah, berorganisasi, berstruktur, bermatlamat dan bersistem. Contohnya sekolah atau pusat pengajian pendidikan.

Pendidikan yang tidak formal tidak mempunyai falsafah, organisasi, struktur, matlamat dan sistem yang tertentu. Contohnya ialah didikan dalam sebuah keluarga.

Berdasarkan pengartian pendidikan itu, ia merupakan proses kesinambungan yang dialui oleh manusia dengan cara bimbingan, latihan dan didikan khususnya berkaitan dengan perkembangan intelek, kerohanian, jasmani, sosial dan estetika. Dengan arti kata lain, pendidikan juga dipandang sebagai pewarisan kebudayaan dan pengembangan potensi- potensi pada diri manusia untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang berilmu, berakhlak, sihat, berbudaya, berseni, berguna dan bertanggungjawab.

BAB II. PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

A. AKTUALITA PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

Banyak ahli pendidikan di berbagai mancanegara menyadari pendidikan, terutama sekolah (formal), kurang mampu memenuhi tuntutan ke hidupan. Karena itu, dalam pertemuan internasional yang diprakarsai Badan PBB Urusan pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO), mereka sepakat soal perlunya pendidikan seumur hidup.

Munculnya istilah ini, dalam dunia pendidikan, banyak menimbulkan dorongan atau pemikiran kritis terhadap pengartian pendidikan yang telah ada. Misalnya, tujuan pendidikan adalah pencapaian ke­dewasaan, sekolahan terutama berjenjang akademik bukanlah satu-satunya sistem pendidikan, dan pendidikan hendaknya lebih menonjolkan sifatnya sebagai self initiative dan self education.

Jalur pendidikan formal memiliki banyak kelemahan jika dibandingkan dengan pendidikan nonformal. Kelemahan pendidikan formal, antara lain, terlalu menekankan pada aspek kognitif pada anak-anak didik. Anak didik seolah-olah hidup terisolasikan selama mengalami dan menjalani pendidikan.

Namun, jangan dimaknai pendidikan di sekolah formal tidak perlu. Dalam kenyataaannya pun jalur pendidikan ini tetap ada, malah semakin banyak bagai jamur di musim hujan. Hal ini disebabkan jalur pendidikan yang terlembagakan (formal), adanya keteraturan tentang perencanaaan dan pelaksanaaan pendidikan, juga memberikan rasa optimis bagi para peminatnya dengan jangka waktu yang relatif pendek.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, dan agar pendidikan seumur hidup dapat benar-benar berada dalam sistem, diperlukan aspek lain, yakni aspek horizontal. Aspek ini bermakna efisiensi pendidikan. Separti sistem persekolahan, ia akan tercapai bila memperhatikan lingkungan, misalnya keluarga, tempat bermain, tempat kerja, atau lingkungan masyarakat secara luas.

]B. PENDIDIKAN DIDUNIA BERKEMBANG

Di negara-negara berkembang, kompleksitas pendidikan bisa kait-mengait antara sistem, kurikulum, dukungan ekonomi, dan lain-lain sehingga sering mengaburkan prinsip, tujuan atau bahkan sistem pendidikan itu sendiri. Sehingga sistem dan tujuan pendidikan sering disalahartikan dan disalahgunakan.

Adanya pendidikan seumur hidup, merupakan sebuah angin segar apabila kita mengamati pada beberapa asas yang melekat (inheren) pada gagasan pendidikan seumur hidup itu sendiri. Separti sistem pendidikan semakin demokratis, pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup, dan pengintegrasian sekolah dengan ke hidupan di lingkungan masyarakat.

Hanya, bisa saja angin segar pendidikan seumur hidup menjadi angin surga alias utopia baru dalam bidang pendidikan, apabila hanya sebatas konsep tanpa implementasi. Konsepsi pendidikan seumur hidup di Indonesia telah beberapa kali tercantum dalam GBHN, tapi implementasinya sering berubah-ubah. Konsep di dalam GBHN masih amat luas pengartiannya, sehingga sering terjadi “keluwesan” menafsirkan yang berbeda.

Misalnya dalam mengambil sikap antara beberapa pengartian pendidikan satu jalur (single track) dan pendidikan multijalur (multitrack). Demikian pula dengan pendidikan yang bersifat akademik ilmiah dan operasional-teknik, maupun antara pendidikan formal dan nonformal.

Asas pendidikan seumur hidup yang mengandung kemungkinan diversifikasi sistem pendidikan, tampaknya konsepsi satu jalur kurang begitu tepat dan efektif. pendidikan satu jalur baru lebih efektif bila wajib belajar lebih tinggi dari yang ada sekarang.

BAB III. PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DALAM PANDANGAN ISLAM

Jauh sebelum PBB pada tahun 1970-an memprakarsai “pendidikan seumur hidup-PSH” (Lite Long Integrated Education), dalam Islam pada abad ketujuh telah ditegaskan: Uthlub al’ilma min al-mahdi ila al-lahdi (tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat). Sayangnya, kepopuleran ajaran pendidikan seumur hidup dari Rasulullah SAW itu tidak sempat menggugah perhatian kita untuk memprakarsainya menjadi word program.

Dalam GBHN termaktub: “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Berarti setiap insan Indonesia dituntut selalu berkembang sepanjang hidupnya. Sementara itu masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana untuk selalu belajar. Sebab masa sekolah (formal) bukanlah masa “satu-satunya”, tetapi hanya sebagian dari waktu belajar yang berlangsung sepanjang hidup.

A. URGENSI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

Drs H Fuad Ihsan (1996:44-45) dalam buku Dasar-dasar Kependidikan, menulis beberapa dasar pemikiran –ditinjau dari beberapa aspek– tentang urgensi pendidikan seumur hidup, antara lain: Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilannya. pendidikan seumur hidup akan membuka jalan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari “Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat kebodohan. pendidikan seumur hidup akan memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.

Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada yang putus sekolah bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali. pendidikan seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara demokrasi.

Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi. Untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu diciptakan suasana yang kondusif.

B. TAMBAHAN ILMU

Bila kita melakukan investigasi, maka tak satu doa pun dari doa-doa dalam Alquran dan Alhadits yang berisi “permintaan tambahan”, kecuali dalam hal doa: Rabbi zidni ‘ilman (QS Thaha, 20:114), wa ziyadatan fi al-’ilmi (Alhadits). Dalam hal rezeki, yang diminta bukan tambahan, tetapi barakah: wa barakatan fi ar-rizqi. Dalam hal dunia adalah keselamatan: fi ad-dunya hasanah, bukan lain-lain, demikianlah selanjutnya (baca: Syarqawi Dhafir, Berilmu).
Menambah ilmu setiap saat sangat signifikan bagi ke hidupan manusia. Rasulullah SAW sampai bersumpah: Demi Allah seandainya aku tidak dapat menambah ilmu sehari saja, maka lebih baik aku tidak melihat matahari saat itu. Ini adalah isyarat bila kita menginginkan ke hidupan yang lebih baik maka manhaj-nya adalah dengan menambah ilmu-pengetahuan: Man arada ad-dunya fa’alaihi bi al-’ilmi wa man arada al-akhira fa’alaihi bi al-’ilmi wa man aradahuma fa’alaihi bi al-’ilmi (Alhadits).

Sebagai upaya penyadaran umat untuk rajin menuntut ilmi, maka penulis perlu memaparkan beberapa janji Allah SWT dan pesan Rasul, di antaranya: mengistimewakan mereka dari yang tidak berilmu (QS al-Zumar, 39:9), memberi derajat yang lebih tinggi (QS al-Mujadilah, 58:11), mempermudah jalan menuju surga (HR Muslim), menyamakan kedudukan mereka dengan orang yang berjuang di jalan Allah (HR Turmudzi), memberi keistimewaan yang lebih dari orang yang hanya beribadah, ilmu dijadikan sebagai warisan yang terus menerus memproduksi amal kebajikan yang tak putus karena kematian (HR Muslim).
Dalam meningkatkan ‘ubudiyah kepada Allah harus berlandaskan ilmu (‘ala ilmin) untuk dapat memahami kebesaran dan kekuasaan-Nya: Innama yakhsa Allah min ‘ibadihi al-’ulama. Artinya, sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya hanyalah ulama (QS Fathir, 35:28). Berarti ilmu merupakan pelita-obor yang dapat menerangi jalan menuju Tuhan. Tanpa ilmu, dapat dipastikan ibadah yang kita lakukan nilainya rendah dan boleh jadi tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

C. TERUS BELAJAR

Tidak ada istilah “tua” untuk belajar, never old to leam. Konsekuensi doa yang kita panjatkan harus sejalan dengan amaliyah nyata melalui kegiatan belajar yang terus-menerus. Nabi Muhammad SAW sekalipun telah mencapai puncak, masih tetap juga diperintahkan untuk selalu memohon (berdoa) sambil berusaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan (M Quraish Shihab, 1999:178). Bukankah Allah Ta’ala telah menyatakan: Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami (QS al-’Ankabut, 29:69).

Siapapun yang punya suatu cita-cita dan ia bersungguh-sungguh berusaha mendapatkannya maka pasti akan ia dapatkan. Siapapun yang terus menerus mengetuk pintu untuk mencapai yang dicita-citakan maka pasti akan terbuka. Apa pun yang kamu inginkan bergabung kepada seberapa besar keinginanmu itu (Az-Zarmuji, 1994:29): Bi qadri ma ta’tani tanalu ma tatamanna.
Walaupun secara formal kita telah menyelesaikan pendidikan tinggi (S1, S2 dan S3) bukan berarti selesailah tugas belajar. Demikian juga seorang guru atau dosen tidak boleh merasa cukup dengan kemampuan yang dimiliki: “masih banyak yang belum kita ketahui”. Bukankah Imam al-Ghazali (1058-1111 M) –penulis buku Ilya ‘Ulum al-Din, dikenal dengan hujjah al-Islam– pernah mengatakan: Kulllama izdada ‘ilmi izdada jahli, setiap kali bertambah ilmuku, bertambah pula kebodohanku.

Orang-orang yang banyak belajar akan semakin membuka mata kepala (‘ain al-bashar) dan mata hati (‘ain al-bashirah) untuk semakin tunduk, patuh dan taat kepada manhaj Rabbani. Untuk itu kita harus banyak membaca, karena membaca sebagai kunci untuk membuka “gudang ilmu-pengetahuan”, yaitu buku.

Dalam Islam, landasan pendidikan seumur hidup terdapat dalam ayat-ayat Alquran dan hadis Rasul, antara lain “Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi, serta pertukaran malam dan siang, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi mereka yang mempunyai (mempergunakan) akalnya”. (QS. Ali Imran: 190). Dan pepatah arab “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan seumur hidup menjadi mendalam dengan adanya sejumlah firman Allah SWT dan hadis Nabi Muhammad yang mendasarinya. Persoalannya, tinggal bagaimana menjabarkan dan mengimplementasikannya