Ketua STAI Darunnajah Jakarta Hadiri Seminar Nasional Kebangsaan di Gedung MPR RI

0
31

Ketua STAI Darunnajah menghadiri seminar Nasional Kebangsaan kerjasama MPR RI dengan Liga Muslim Dunia dengan tema “Beragama yang harmonis dan konstruktif yang menguatkan kehidupan berbangsa dan bernegara” bertempat di Gedung Nusantara IV Kompleks MPR RI, Jakarta. Ketua MPR RI H. Bambang Soesatyo S.E M.B.A mengatakan bahwa tujuan diadakannya seminar kebangsaan tersebut sebagai usaha untuk menghimpun ide-ide untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersatu, harmonis, dan konstruktif, serta sebagai kontribusi Indonesia dalam membangun perdamaian dunia.

Acara seminar kebangsaan diawali dengan keynote speech oleh Sekretaris Jendral Liga Muslim Dunia Syeikh Doktor HC Dr Muhammad bin Abdul Karim al-Issa. Beliau menjelaskan bahwa perbedaan dan keanekaragaman seharusnya bukanlah hal yang dapat memicu konflik dan perpecahan, namun menjadi kekayaan suatu bangsa dan jembatan untuk saling menghargai dan saling melengkapi. Ada beberapa hal yang dapat memicu konflik dan benturan peradaban, khususnya yang berkaitan dengan agama; diantaranya karena kurang adanya pendidikan, baik di lembaga maupun keluarga yang mengajarkan inklusif dan pemahaman bahwa Allah menciptakan manusia yang berbeda-beda untuk saling menghargai perbedaan tersebut (al-Hujurat ayat 13).

Kedua, kurangnya mengenal orang yang berbeda sehingga ketika perbedaan itu tidak diolah dan dipahami dapat menjadi negatif, contohnya rasa takut dan fikiran buruk terhadap orang yang berbeda yang kemudian akan menjadi penghalang dalam bekerjasama. Hal yang lain adalah adanya orang atau kelompok yang meyakini paling benar juga dapat mencetus konflik. Karena itulah kita sebagai bagian dari dunia harus berusaha dimulai dari diri sendiri, keluarga, atau kelompok untuk memastikan generasi kita mendapatkan pendidikan yang saling menghargai perbedaan, menguatkan nilai-nilai kebersamaan dalam bernegara maupun dunia, memastikan tidak adanya benturan atau kebencian antara mayoritas-minoritas, mencegah provokasi, serta menjalin dialog yang terbuka dan positif. Seminar dilengkapi dengan dialog terbuka antara enam pemuka agama.

HR.28/2